Hari Sabtu di bulan Juli 2010 saya pulang masih siang, seperti biasanya pulang mengajar saya naik beca, ketika di persimpangan empat dekat stasiun kereta api saya dikejutkan dengan suara teriakan dan derap sepatu para siswa yang berlarian menuju arah stasiun sambil menggenggam batu, kayu, besi atau yang lainnya di tangan. Saya bergumam ada apa ini? Tukang beca mendengar apa yang saya katakana tadi dan ia berkata “biasa bu tawuran antar siswa”, saya balik bertanya : kok biasa mang? Ia menjawab lagi :”iya bu karena setiap hari Sabtu siang mereka selalu melakukan kegiatan tersebut”. Saya bertanya lagi : “mereka itu sekolah dimana”? Ia menjawab kembali : “mereka sekolah di SMK A, SMK B, dan SMK C” saya agak sedikit lega karena ternyata murid-murid saya tidak terlibat.
Ketika sampai rumah, saya lebih kaget lagi karena di pemakaman yang letaknya hanya 20 meter dari muka rumah saya banyak anak SMK yang berkumpul dengan wajah-wajah lusuh, ada yang meninggal dimakamkan disitu dan mereka itu temannya fikirku. Menjelang Maghrib saya melihat ke pemakaman lagi ternyata mereka masih disana hati saya bertanya-tanya mengapa mereka belum pulang, begitu dalamkah rasa duka cita mereka terhadap temannya yang tadi dimakamkan? Adzan maghrib berkumandang barulah mereka beranjak dari pemakaman dan berjalan perlahan-lahan lewat di depan rumah saya. Di ruang tamu saya duduk, terdengar percakapan mereka : “Polisinya mungkin sudah tidak ada, ayo kita pulang, Sabtu depan kita serang balik”. Saya menarik nafas sambil geleng-geleng kepala ternyata mereka bukan menyaksikan pemakaman teman atau saudaranya tetapi mereka berada di sana sembunyi dari kejaran polisi dan masyarakat saat sedang melakukan tawuran di stasiun tadi siang.
Hari Senin setelah upacara penaikan Bendera saya disodori deretan nama-nama siswa yang ikut terlibat tawuran hari Sabtu lalu, saya terkejut karena ternyata ada 3 nama anak yang diwalikelasi saya. Saya langsung memanggil ketiga anak tersebut ternyata mereka tidak terlibat tetapi hanya sekedar menonoton dan menurut mereka tawuran adalah tontonan yang menarik untuknya.
Cuplikan di atas hanyalah sebagian kecil tawuran yang sering terjadi di negeri ini. Tawuran terjadi disebabkan beberapa factor diantaranya :
1.Factor siswa yaitu lemahnya pertahanan diri, kurangnya kemampuan dalam menyesuaikan diri, kurangnya dasar-dasar keimanan
2. Factor keluarga yaitu lemahnya perhatian orang tua, komunikasi dalam keluarga tidak harmonis, dan keadaan ekonomi yang lemah
3. Factor lingkungan yaitu lingkungan yang dihuni oleh orang-orang kriminil atau a susila
4. Factor guru yaitu guru yang bekerja bukan karena dedikasi tetapi karena keterpaksaan kebutuhan mencari uang sehingga ia sering bolos dan meninggalkan kelas akibatnya kelas menjadi kacau, murid-murid berbuat seenaknya saja didalam kelas dan inilah yang menjadi sumber kakacauan di luar sekolah.
Akibat dari factor-faktor tersebut para siswa tidak memiliki kegiatan sehingga mereka berkumpul dengan sesama teman yang senasib di suatu tempat kemudian mereka melakukan kegiatan yang disepakati bersama, awalnya iseng saling meledek namun pada akhirnya ada salah satu yang tidak terima dengan keisengan tersebut maka munculah perdebatan yang memuncak pada baku hantam, karena tidak puas maka masing-masing membawa teman-temannya dan bertemu tempat yang sudah ditentukan dan mereka melanjutkan tawuran yang menurut mereka harus dituntaskan. Berikut beberapa photo tawuran yang mereka lakukan.
Banyak kerugian yang dikibatkan tawuran antar pelajar yaitu :
1. Dirinya sendiri : pisiknya sakit, mendapat black list di sekolah, dikucilkan oleh teman-teman di sekolah, dikucilkan di keluarga, dikucilkan di lingkungan rumah
2. Orang tua : malu karena anaknya di cap nakal oleh sekolah dan masyarakat, harus mencari dana untuk pengobatan anaknya karena cedera pada saat tawuran
3. Sekolah : tercoreng kredibilitasnya sehingga akan mengurangi animo masyarakat memasukkan anaknya ke sekolah tersebut
4. Masyarakat sekitar tempat terjadinya tawuran: kerusakan bagian bangunan rumah/toko karena terkena lemparan batu atau pukulan kayu pada saat tawuran, gangguan psikis karena shock menyaksikan aksi kekerasan pada saat tawuran.
Karena banyaknya kerugian yang ditimbulkan maka kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik wajib ikut serta mencegah merajalelanya tawuran antar pelajar yaitu dengan cara :
1. Tindakan Preventive
a. Keluarga menciptakan suasana yang harmonis, orang tua meningkatkan perhatian terhadap anak-anaknya, menanamkan aqidah yang kuat pada anak-anaknya.
b. Lingkungan masyarakat menciptakan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk mengisi waktu-waktu luang yang sesuai dengan minat dan kemampuan para penduduk berusia sekolah
c. Lingkungan sekolah menciptakan proses pembelajaran yang memperhatikan karakteristik siswa baik dari segi fisik, social, budaya, ekonomi sehingga tercipta kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
2. Tindakan kurativ yaitu adanya kerjasama antara kepolisian, kejaksaan, dan aparatur pemerintah setempat .
3. Tindakan pembinaan :
a. Kepada yang belum melakukan tawuran yaitu tindakan preventif tadi
b. Kepada yang telah melakukan tawuran :
* Pembinaan mental, kepribadian, ideology, kepribadian pengetahuan
* Pembinaan keterampilan
* Pengembangan bakat-bakat khusus
Dalam hal tindakan pencegahan tawuran yang dilakukan oleh sekolah saat ini sudah dikembangkan kurikulum yang mengimplementasikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Kurikulum ini bukan hanya menitik beratkan implementasi oleh siswa tetapi justru dimulai implementasinya oleh guru sesuai dengan motto yang ungkapkan Ki Hajar Dewantoro : Ing ngarso sung tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
Sedangkan dalam hal tindakan pembinaan selain sekolah yang menggunakan kurikulum dengan menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa juga ada peran serta dari masyarakat atau lembaga-lembaga non formal untuk merangkul para pelaku tawuran duduk bersama melakukan kegiatan-kegiatan positif yang mendorong tereksplorasinya bakat-bakat mereka sehingga bermanfaat bagi dirinya maupun lingkungan keluarga atau lingkungan masyarakat.
Ketika sampai rumah, saya lebih kaget lagi karena di pemakaman yang letaknya hanya 20 meter dari muka rumah saya banyak anak SMK yang berkumpul dengan wajah-wajah lusuh, ada yang meninggal dimakamkan disitu dan mereka itu temannya fikirku. Menjelang Maghrib saya melihat ke pemakaman lagi ternyata mereka masih disana hati saya bertanya-tanya mengapa mereka belum pulang, begitu dalamkah rasa duka cita mereka terhadap temannya yang tadi dimakamkan? Adzan maghrib berkumandang barulah mereka beranjak dari pemakaman dan berjalan perlahan-lahan lewat di depan rumah saya. Di ruang tamu saya duduk, terdengar percakapan mereka : “Polisinya mungkin sudah tidak ada, ayo kita pulang, Sabtu depan kita serang balik”. Saya menarik nafas sambil geleng-geleng kepala ternyata mereka bukan menyaksikan pemakaman teman atau saudaranya tetapi mereka berada di sana sembunyi dari kejaran polisi dan masyarakat saat sedang melakukan tawuran di stasiun tadi siang.
Hari Senin setelah upacara penaikan Bendera saya disodori deretan nama-nama siswa yang ikut terlibat tawuran hari Sabtu lalu, saya terkejut karena ternyata ada 3 nama anak yang diwalikelasi saya. Saya langsung memanggil ketiga anak tersebut ternyata mereka tidak terlibat tetapi hanya sekedar menonoton dan menurut mereka tawuran adalah tontonan yang menarik untuknya.
Cuplikan di atas hanyalah sebagian kecil tawuran yang sering terjadi di negeri ini. Tawuran terjadi disebabkan beberapa factor diantaranya :
1.Factor siswa yaitu lemahnya pertahanan diri, kurangnya kemampuan dalam menyesuaikan diri, kurangnya dasar-dasar keimanan
2. Factor keluarga yaitu lemahnya perhatian orang tua, komunikasi dalam keluarga tidak harmonis, dan keadaan ekonomi yang lemah
3. Factor lingkungan yaitu lingkungan yang dihuni oleh orang-orang kriminil atau a susila
4. Factor guru yaitu guru yang bekerja bukan karena dedikasi tetapi karena keterpaksaan kebutuhan mencari uang sehingga ia sering bolos dan meninggalkan kelas akibatnya kelas menjadi kacau, murid-murid berbuat seenaknya saja didalam kelas dan inilah yang menjadi sumber kakacauan di luar sekolah.
Akibat dari factor-faktor tersebut para siswa tidak memiliki kegiatan sehingga mereka berkumpul dengan sesama teman yang senasib di suatu tempat kemudian mereka melakukan kegiatan yang disepakati bersama, awalnya iseng saling meledek namun pada akhirnya ada salah satu yang tidak terima dengan keisengan tersebut maka munculah perdebatan yang memuncak pada baku hantam, karena tidak puas maka masing-masing membawa teman-temannya dan bertemu tempat yang sudah ditentukan dan mereka melanjutkan tawuran yang menurut mereka harus dituntaskan. Berikut beberapa photo tawuran yang mereka lakukan.
Banyak kerugian yang dikibatkan tawuran antar pelajar yaitu :
1. Dirinya sendiri : pisiknya sakit, mendapat black list di sekolah, dikucilkan oleh teman-teman di sekolah, dikucilkan di keluarga, dikucilkan di lingkungan rumah
2. Orang tua : malu karena anaknya di cap nakal oleh sekolah dan masyarakat, harus mencari dana untuk pengobatan anaknya karena cedera pada saat tawuran
3. Sekolah : tercoreng kredibilitasnya sehingga akan mengurangi animo masyarakat memasukkan anaknya ke sekolah tersebut
4. Masyarakat sekitar tempat terjadinya tawuran: kerusakan bagian bangunan rumah/toko karena terkena lemparan batu atau pukulan kayu pada saat tawuran, gangguan psikis karena shock menyaksikan aksi kekerasan pada saat tawuran.
Karena banyaknya kerugian yang ditimbulkan maka kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik wajib ikut serta mencegah merajalelanya tawuran antar pelajar yaitu dengan cara :
1. Tindakan Preventive
a. Keluarga menciptakan suasana yang harmonis, orang tua meningkatkan perhatian terhadap anak-anaknya, menanamkan aqidah yang kuat pada anak-anaknya.
b. Lingkungan masyarakat menciptakan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk mengisi waktu-waktu luang yang sesuai dengan minat dan kemampuan para penduduk berusia sekolah
c. Lingkungan sekolah menciptakan proses pembelajaran yang memperhatikan karakteristik siswa baik dari segi fisik, social, budaya, ekonomi sehingga tercipta kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
2. Tindakan kurativ yaitu adanya kerjasama antara kepolisian, kejaksaan, dan aparatur pemerintah setempat .
3. Tindakan pembinaan :
a. Kepada yang belum melakukan tawuran yaitu tindakan preventif tadi
b. Kepada yang telah melakukan tawuran :
* Pembinaan mental, kepribadian, ideology, kepribadian pengetahuan
* Pembinaan keterampilan
* Pengembangan bakat-bakat khusus
Dalam hal tindakan pencegahan tawuran yang dilakukan oleh sekolah saat ini sudah dikembangkan kurikulum yang mengimplementasikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Kurikulum ini bukan hanya menitik beratkan implementasi oleh siswa tetapi justru dimulai implementasinya oleh guru sesuai dengan motto yang ungkapkan Ki Hajar Dewantoro : Ing ngarso sung tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
Sedangkan dalam hal tindakan pembinaan selain sekolah yang menggunakan kurikulum dengan menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa juga ada peran serta dari masyarakat atau lembaga-lembaga non formal untuk merangkul para pelaku tawuran duduk bersama melakukan kegiatan-kegiatan positif yang mendorong tereksplorasinya bakat-bakat mereka sehingga bermanfaat bagi dirinya maupun lingkungan keluarga atau lingkungan masyarakat.